BAB IV
PENDIDIKAN DALAM TRILOGI ILMU
PENGETAHUAN
a. Ontologi Ilmu
Ruang lingkup
ontologi ialah cakupan ilmu, yang berdasarkan aspek realitas yang dijangkau
teori pendidikan melalui pengalaman pancaindra adalah dunia pengalaman manusia
secara empiris. Adapun objek materil filsafat pendidikan adalah manusia
seutuhnya, manusia berikut aspek-aspek kepribadiannya, yaitu manusia yang
berakhlak mulia dalam situasi pendidikan atau diharapkan melampaui manusia
sebagai maklhuk social, mengingat sebagai warga masyarakat, ia mempunyai cirri
warga yang baik (good citizenship atau kewarganegaraan yang sebaik-baiknya)
Sebenarnya persoalan
ontology dalam filsafat bukan hanya terbatas dalam alam nyata saja akan tetapi
mencakup alam metafisik (alam gaib) juga. karena luasnya cakupan masalah
ontologi ini juga disebut sebagai persoalan metafisik. Dari segi bahasa istilah
metafisik bermakna beyond or after physic.
Yaitu luar atau selepas fisik. Jika alam fisik menyangkut persoalan realitas
kebendaan atau yang dapat diketahui melalui pengalaman empirik, maka alam
metafisik sebaliknya.
Agar pendidikan
praktik terbatas dari akeptisisme, objek formal filsafat pendidikan dibatasi
pada manusia seutuhnya di dalam fenomena atau situasi pendidikan. Filsafat
pendidikan merupakan bidang filsafat terapan, bermula dari bidang pendekatan
lainnya (Filsafat spekulatif, persepektif, dan analitis) untuk menjawab
pertanyaan mengenai kebijakan pendidikan, perkembangan manusia, dan teori
kurikulum. Dengna kata lain filsafat pendidikan adalah studi tentang tujuan,
proses, alam, dan cita-cita pendidikan.
Filsafat pendidikan
bisa dikatakan sebagai cabang filsafat dan pendidikan. Yang mempunyai ruang
lingkup makro yang bersekala besar mengingat adanya konteks sosio-budaya yang
tersetruktur oleh sistem nilai tertentu. Akan tetapi, pada latar mikro, sistem
nilai harus terwujud dalam hubungan inter antarpribadi yang menjadi syarat
mutlak bagi terlaksanakannya pendidikan dan pengajaran, yaitu kegiatan
pendidikan yang bersekala mikro. Memperlakukan peserta didik secara terhormat
sebagai pribadi, terlepas dari factor umum, jenis kelamin ataupun pembawaannya.
Apabila pendidik tidak bersikap efektif secara utuh, akan terjadi mata rantai
yang hilang (the missing link) atas factor hubungan antara pendidik dan
terdidik, atau antara siwa dan guru.
Filsafat pendidikan
dijabarkan dari filsafat, artinya filsafat pendidikan tidak boleh bertentangan
dengan filsafat. Secara ontologis, filsafat pendidikan mengkaji secara mendalam
hakikat pendidikan dan semua unsure yang terhubung dengan pendidikan.
Pendekatan ontology
atau metafisik menekankan pada hakikat keberadaan, dalam hal ini keberadaan
pendidikan itu sendiri. Berawal dari teori ontology menurut plato, ontologi dibagi
menjadi 2 dunia yaitu : dunia indrawi yang bersifat material dan berubah, dan
dunia ide yang bersifat sepiritual dan abadi. Dalam pendekatan ini, keberadaan
peserta didik dan pendidik tidak terlepas dari keberadaan manusia itu sendiri.
Apakah manusia itu? peryanyaan – pertanyaan metafisik tersebut juga merupakan
pertanyaan – pertanyaan esensial dalam proses pendidikan.
Pendekatan –
pendekatan mengenai hakikat pendidikan telah melahirkan berbagai jenis teori
mengenai apakah sebenarnya pendidikan itu. pendidikan bukan hanya suatu kata
benda (noun), tetapi merupakan suatu proses atau kata kerja (verb), pengertian
pendidikan merupakan suatu hasil (noun) dan suatu proses (verb) adalah sangat
penting untuk mengerti sebuah hakikat pendidikan tersebut.
b.
Epistemologi
pendidikan
Epistemologi berasal
dari bahasa latin episteme berarti knowledge, yaitu pengetahuan dan logos
berarti theory. Jadi epistemology, berarti “teory pengetahuan”. istilah
epistemology pertama kali di pakai oleh J.F Ferrier, Institut of Metaphysic (1854M)
yang membedakan 2 cabang filsafat, yaitu epistemology dan ontology. Puncak
pengkajian epistemology adalah masalah kebenaran yang membawa ke ambang
metafisika.
Epistemology adalah
analaisis filosofi terhadap sumber-sumber pengetahuan. dari mana dan bagaiman
apengetahuan itu diperoleh, menjadi kajian epistemology, sebagai contoh bahwa
semua pengetahuan berasal dari tuhan (Innama
al’ilmi ‘indilah, la’ilmalana illa ma’alamatana), artinya tuhan sebagai
sumbar ilmu pengetahuan. Epistemology membicarakan sumber pengethuan dan
sistematiknya. Selain itu dibicarakan pula tentang hakikat ketepatan susunan
berpikir yang secara akurat pula digunakan untuk masalah – masalah yang
bersangkutan dengan maksud menemukan kebenaran isi sebuah pertanyaan. Menurut
Sutarjo A. Wiramihardja, epistemology dengan filsafat imu itu berbeda.
Epistemology mempersoalkan kebenarna pengetahuan sedangkan filsafat ilmu itu
secara khusus memperbincangkan ilmu atau keilmu pengetahuan.
Kebenarna ilmu
pengetahuan dibagi menjadi 2 yaitu kebenaran mutlak atau kebenaran absolute dan kebenaran relative
atau kebenaran nisbi. Kajian filsafat mengarah pada dasar – dasar pengetahuan
dalam bentuk penalaran, logika, sumber pengethuan, dan kriteria kebenaran.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa epistemology adalah filsafat yang
mengkaji seluk – beluk dan tata cara memperoleh sesuatu pengetahuan,
sumber-sumber pengetahuan, metode, dan pendekatan yang logis dan rasional. Hal
ini menunjukan bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang aktif, dan
enggan melakuakn sesuatu aktifitas yang sia-sia dan tanpa tujuan yang jelas.
Secara epistemology landasan pendidikan mengacu pada fitrah manusia sebagai
dasar pengembangan dan inovasi pendidikan yang lebih berkarakter. Dan salah
satu fitrah manusia adalah menginginkan agar hidupnya bermakna baik bagi dirinya
sendiri maupun lingkungannya. Keterlibatan manusia dalam aktivitas bersama,
tidak terlepas dari perwujudan dorongan untuk mencari dan menemukan kehidupan
yang bermakna. Sebab, makna hidup hanya akan mungkin dirasakan dalam
kebersamaan.
c.
Aksiologi
Pendidikan
Aksiologi berasal
dari bahasa yunani dengan asal kata axio yang berarti value (nilai), serta
logos yang berarti ilmu. Jadi aksiologi sedikitnya merupakan postulat yang
membahas kegunaan atau nilai guna dari suatu disiplin ilmu. Dalam hal ini aksiologi
pendidikan yang berkaitan dengan masalah ilmu dan pengetahuan (kognitio),
maksudnya adalah memikirkan segala hakikat pengetahuan atau hakikat keberadaan
guna dari suatu pendidikan itu sendiri, baik secara umum maupun secara khusus.
Dapat diambil dari pemahaman tersebut bahwa filsafat pendidikan mengajak
pembaca untuk meninjau aspek kegunaan suatu proses pendidikan.
Secara esensial
aksiologi pendidikan adalah terwujudnya anak didik yang memahami ilmu dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Terwujudnya insane kamil yaitu
manusia yang kembali pada fitrahnya dan pada tujuan kehidupannya yang sejati.
Jelaslah bahwa trilogy ilmu pengetahuan mengajak pembaca melakuakan
revitalisasi hakikat sesuatu yang dalam hal ini disiplin ilmu pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Sutisno
. A. N. Dkk. Telaah Filsafat Pendidikan.
Deepublish
Salahudin.
A. 2011. Filsafat Pendidikan.
Bandung. CV Sustaka Setia
Abdullah.
A. R. H. 2005. Wacana
falsafah ilmu: analisis konsep-konsep asas dan Falsafah Pendidikan Negara.
Utusan
Publications