Senin, 11 Juni 2012


BAB IV
PENDIDIKAN DALAM TRILOGI ILMU PENGETAHUAN

a.       Ontologi Ilmu
Ruang lingkup ontologi ialah cakupan ilmu, yang berdasarkan aspek realitas yang dijangkau teori pendidikan melalui pengalaman pancaindra adalah dunia pengalaman manusia secara empiris. Adapun objek materil filsafat pendidikan adalah manusia seutuhnya, manusia berikut aspek-aspek kepribadiannya, yaitu manusia yang berakhlak mulia dalam situasi pendidikan atau diharapkan melampaui manusia sebagai maklhuk social, mengingat sebagai warga masyarakat, ia mempunyai cirri warga yang baik (good citizenship atau kewarganegaraan yang sebaik-baiknya)
Sebenarnya persoalan ontology dalam filsafat bukan hanya terbatas dalam alam nyata saja akan tetapi mencakup alam metafisik (alam gaib) juga. karena luasnya cakupan masalah ontologi ini juga disebut sebagai persoalan metafisik. Dari segi bahasa istilah metafisik bermakna beyond or after physic. Yaitu luar atau selepas fisik. Jika alam fisik menyangkut persoalan realitas kebendaan atau yang dapat diketahui melalui pengalaman empirik, maka alam metafisik sebaliknya.
Agar pendidikan praktik terbatas dari akeptisisme, objek formal filsafat pendidikan dibatasi pada manusia seutuhnya di dalam fenomena atau situasi pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan bidang filsafat terapan, bermula dari bidang pendekatan lainnya (Filsafat spekulatif, persepektif, dan analitis) untuk menjawab pertanyaan mengenai kebijakan pendidikan, perkembangan manusia, dan teori kurikulum. Dengna kata lain filsafat pendidikan adalah studi tentang tujuan, proses, alam, dan cita-cita pendidikan.
Filsafat pendidikan bisa dikatakan sebagai cabang filsafat dan pendidikan. Yang mempunyai ruang lingkup makro yang bersekala besar mengingat adanya konteks sosio-budaya yang tersetruktur oleh sistem nilai tertentu. Akan tetapi, pada latar mikro, sistem nilai harus terwujud dalam hubungan inter antarpribadi yang menjadi syarat mutlak bagi terlaksanakannya pendidikan dan pengajaran, yaitu kegiatan pendidikan yang bersekala mikro. Memperlakukan peserta didik secara terhormat sebagai pribadi, terlepas dari factor umum, jenis kelamin ataupun pembawaannya. Apabila pendidik tidak bersikap efektif secara utuh, akan terjadi mata rantai yang hilang (the missing link) atas factor hubungan antara pendidik dan terdidik, atau antara siwa dan guru.
Filsafat pendidikan dijabarkan dari filsafat, artinya filsafat pendidikan tidak boleh bertentangan dengan filsafat. Secara ontologis, filsafat pendidikan mengkaji secara mendalam hakikat pendidikan dan semua unsure yang terhubung dengan pendidikan.
Pendekatan ontology atau metafisik menekankan pada hakikat keberadaan, dalam hal ini keberadaan pendidikan itu sendiri. Berawal dari teori ontology menurut plato, ontologi dibagi menjadi 2 dunia yaitu : dunia indrawi yang bersifat material dan berubah, dan dunia ide yang bersifat sepiritual dan abadi. Dalam pendekatan ini, keberadaan peserta didik dan pendidik tidak terlepas dari keberadaan manusia itu sendiri. Apakah manusia itu? peryanyaan – pertanyaan metafisik tersebut juga merupakan pertanyaan – pertanyaan esensial dalam proses pendidikan.
Pendekatan – pendekatan mengenai hakikat pendidikan telah melahirkan berbagai jenis teori mengenai apakah sebenarnya pendidikan itu. pendidikan bukan hanya suatu kata benda (noun), tetapi merupakan suatu proses atau kata kerja (verb), pengertian pendidikan merupakan suatu hasil (noun) dan suatu proses (verb) adalah sangat penting untuk mengerti sebuah hakikat pendidikan tersebut.

b.      Epistemologi pendidikan
Epistemologi berasal dari bahasa latin episteme berarti knowledge, yaitu pengetahuan dan logos berarti theory. Jadi epistemology, berarti “teory pengetahuan”. istilah epistemology pertama kali di pakai oleh J.F Ferrier, Institut of Metaphysic (1854M) yang membedakan 2 cabang filsafat, yaitu epistemology dan ontology. Puncak pengkajian epistemology adalah masalah kebenaran yang membawa ke ambang metafisika.
Epistemology adalah analaisis filosofi terhadap sumber-sumber pengetahuan. dari mana dan bagaiman apengetahuan itu diperoleh, menjadi kajian epistemology, sebagai contoh bahwa semua pengetahuan berasal dari tuhan (Innama al’ilmi ‘indilah, la’ilmalana illa ma’alamatana), artinya tuhan sebagai sumbar ilmu pengetahuan. Epistemology membicarakan sumber pengethuan dan sistematiknya. Selain itu dibicarakan pula tentang hakikat ketepatan susunan berpikir yang secara akurat pula digunakan untuk masalah – masalah yang bersangkutan dengan maksud menemukan kebenaran isi sebuah pertanyaan. Menurut Sutarjo A. Wiramihardja, epistemology dengan filsafat imu itu berbeda. Epistemology mempersoalkan kebenarna pengetahuan sedangkan filsafat ilmu itu secara khusus memperbincangkan ilmu atau keilmu pengetahuan.
Kebenarna ilmu pengetahuan dibagi menjadi 2 yaitu kebenaran mutlak atau  kebenaran absolute dan kebenaran relative atau kebenaran nisbi. Kajian filsafat mengarah pada dasar – dasar pengetahuan dalam bentuk penalaran, logika, sumber pengethuan, dan kriteria kebenaran. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa epistemology adalah filsafat yang mengkaji seluk – beluk dan tata cara memperoleh sesuatu pengetahuan, sumber-sumber pengetahuan, metode, dan pendekatan yang logis dan rasional. Hal ini menunjukan bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang aktif, dan enggan melakuakn sesuatu aktifitas yang sia-sia dan tanpa tujuan yang jelas. Secara epistemology landasan pendidikan mengacu pada fitrah manusia sebagai dasar pengembangan dan inovasi pendidikan yang lebih berkarakter. Dan salah satu fitrah manusia adalah menginginkan agar hidupnya bermakna baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya. Keterlibatan manusia dalam aktivitas bersama, tidak terlepas dari perwujudan dorongan untuk mencari dan menemukan kehidupan yang bermakna. Sebab, makna hidup hanya akan mungkin dirasakan dalam kebersamaan.

c.       Aksiologi Pendidikan
Aksiologi berasal dari bahasa yunani dengan asal kata axio yang berarti value (nilai), serta logos yang berarti ilmu. Jadi aksiologi sedikitnya merupakan postulat yang membahas kegunaan atau nilai guna dari suatu disiplin ilmu. Dalam hal ini aksiologi pendidikan yang berkaitan dengan masalah ilmu dan pengetahuan (kognitio), maksudnya adalah memikirkan segala hakikat pengetahuan atau hakikat keberadaan guna dari suatu pendidikan itu sendiri, baik secara umum maupun secara khusus. Dapat diambil dari pemahaman tersebut bahwa filsafat pendidikan mengajak pembaca untuk meninjau aspek kegunaan suatu proses pendidikan.
Secara esensial aksiologi pendidikan adalah terwujudnya anak didik yang memahami ilmu dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Terwujudnya insane kamil yaitu manusia yang kembali pada fitrahnya dan pada tujuan kehidupannya yang sejati. Jelaslah bahwa trilogy ilmu pengetahuan mengajak pembaca melakuakan revitalisasi hakikat sesuatu yang dalam hal ini disiplin ilmu pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA


Sutisno . A. N. Dkk. Telaah Filsafat Pendidikan. Deepublish
Salahudin. A. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung. CV Sustaka Setia
Abdullah. A. R. H. 2005. Wacana falsafah ilmu: analisis konsep-konsep asas dan Falsafah Pendidikan Negara. Utusan Publications



Tidak ada komentar:

Posting Komentar