BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam kegiatan sehari-hari. Kita, tidak pernah
terlepas dari sebuah tindakan baik itu tindakan yang bersifat rasional maupun
irasional. Yang sama-sama dituntun oleh pemikirannya apa yang diyakini dan apa
yang diantisipasinya.
Bagaimanapun anehnya Bagaimanapun anehnya perilaku
manusia, suku, atau bangsa, perilaku mereka membawa makna sendiri bagi mereka. Serta
berupaya membentuk dunianya sendiri yang bermakna bagi dirinya, dan di dalam
dunia tersebut ia mengklasifikasikan dan menyusun objek-objek yang banyak
sekali, dan orang lain termasuk diantara objek-objek tersebut. Sebagaimana yang
dinyatakan oleh Sir Frederick Bartlett “ reaksi kognitif manusia yakni reaksi
dalam persepsi, imajinasi, berfikir, dan pertimbangan akal sehat cocok bila
dibahas sebagai suatu upaya yang terjadi sesudah timbulnya maksud.”
B.
Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah didalam pembahasan makalah ini adalah
:
1.
Apa pengertian kognisi
sosial?
2.
Apa teori-teori
kognisi sosial ?
3.
Bagaimana konsep
kognisi sosial?
4.
Bagaimana
komponen kognisi sosial?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan yang ingin diketahui dalam pembahasan makalah ini adalah:
1.
Pengertian kognisi
sosial.
2.
Teori kognisi
sosial.
3.
Konsep kognisi
sosial.
4.
Komponen kognisi
sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kognisi Sosial
Menurut scheerer kognisi adalah proses sentral yang menghubungkan peristiwa-peristiwa
diluar (external) dan didalam (internal) diri sendiri.
Menurut festinger kognisi adalah elemen-elemen kognitif, yaitu hal-hal
yang diketahui oleh seseorang tentang dirinya sendiri, tentang tingkah lakunya,
dan tentang keadaan disekitarnya.
Menurut Neisser kognisis adalah proses yang merubah, mereduksi,
memperinci, menyimpan, mengungkapkan dan memakai setiap masukan (input) yang
datang dari alat indera.
Menurut Baron & Byrne kognisi social adalah cara individu untuk
menganalisa, mengingat dan menggunakan informasi mengenai kejadian-kejadian
atau peristiwa-peristiwa social.
Dalam menganalisa peristiwa
terdapat tiga proses yaitu ;
1. Attention
: proses pertama kali dimana individu memperhatikan gejala-gejala sosial yang
ada disekelilingnya
2. Enconding
: memasukkan apa yang diperhatikan kedalam memori dan menyimpannya
3. Retrieval
: apabila kita menemukan gejala yang mirip, kita akan mengeluarkan ingatan
kita dan membandingkan, apabila ternyata
sama maka kita akan mengatakan sesuatu mengenai gejala tersebut atau
mengeluarkannya disaat akan menceritakan peristiwa yang dialami.
Kognisi
adalah respon atau reaksi individu terhadap manusia dan benda yang terbentuk oleh
bagaimana cara individu tersebut memandang keduanya (dunia kognitifnya). Dan
kesan tersebut mengenai dunia setiap individu merupakan dunia yang bersifat
individual. Dua orang yang berbeda tidak mungkin hidup dalam dunia kognitif
yang sama.
Dapat disimpulkan bahwa kognisi sosial adalah adalah
proses berfikir yang dilakukan seseorang untuk memahami dirinya sendiri dan
orang lain.(kognisi adalah pengetahuan dan kesadaran) atau tata cara dimana
kita menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi
tentang dunia social. Dan kognisi social terjadi secara otomatis. Dalam kognisi social, memahami dunia sosial misalnya seperti upaya untuk
menjelaskan orang yang baru saja bertemu, upaya untuk menjelaskan diri sendiri,
dan proses berfikir dalam kognisi social mencakup bagaimana individu tersebut
melakukan interpretasi (penafsiran), menganalisa, mengingat, dan menggunakan
informasi tentang dunia social yang dialaminya.
B.
Teori Kognisi Sosial
Apabila
seseorang harus memilih perilaku mana yang mesti dilakukan, maka yang
bersangkutan akan memilih alternative perilaku yang akan membawa manfaat yang
sebesar-besarnya. Atau biasa disebut subjective expected utility (Fishbein dan
Ajzen). Dengan kemampuan memilih ini berarti factor berfikir berperan dalam menentukan
pemilihannya. Dengan kemampuan berfikir seseorang akan dapat melihat apa yang
telah terjadi sebagai bahan pertimbangan disamping melihat apa yang dihadapi
pada waktu sekarang dan juga dapat melihat ke depan apa yang akan terjadi dalam
seseorang bertindak. Dalam teori kognitif ini, proses kognitif menjadi dasar
timbulnya prasangka. Hal ini berkaitan dengan :
1.
Kategorisasi atau penggolongan
Ketika seseorang mempersepsi orang lain atau kelompok mempersepsi
kelompok. Dan memasukkan itu ke dalam suatu kategori sekse, umur, pekerjaan,
pembedaan warna kulit, dll. Dan hal ini menimbulkan prasangka antara pihak satu
dengan yang lain.
2. Ingroup
lawan outgroup
Orang yang berada dalam satu kelompok merasa (ingroup) dan orang yang
merasa dari kelompok lain (outgroup) dan hal ini akan menimbulkan beberapa
dampak, antara lain : anggota ingroup lebih anggota lain lebih punya kesamaan
disbanding outgroup, ingroup lebih terfaforit daripada outgroup, ingroup
memandang outgroup lebih homogen daripada ingroup baik kepribadian atau yang
lain:
a.
Teori Rosenberg
Dikenal
dengan teori affective cognitive consistency, atau terkadang disebut
teori dua faktor. Rosenberg (second & backman:1964) memusatkan perhatian
pada kognitif dan afektif. Pengertian kognitif tidak hanya mencakup pengetahuan,
melainkan kepercayaan antara sikap dengan sistem yang ada dalam diri individu.
Sedang afektif berhubungan dengan perasaan yang timbul pada seseorang yang
menyertai sikapnya, dapat positif ataupun negativ terhadap obyek tertentu.
b.
Teori festinger
Dikenal
dengan teori disonansi kognitif. Sikap individu itu biasanya konsisten satu
dengan yang lain. Misal: ia berpendapat bahwa pendidikan itu baik, maka mereka
mengirim anaknya ke sekolah, menurut
teori ini, elemen kognitif meliputi pengetahuan, pandangan/perbuatan, dan
kepercayaan tentang lingkungan.
c. Teori
P-O-X
Teori
Heider adalah berpangkal pada perasaan yang ada pada seseorang (P), terhadap
orang lain (O), dan hal lain (X) dalam hal ini tidak hanya benda mati tetapi
bisa berupa orang lain. Dan ketiga hal tersebut membentuk kesatuan.
d. Teori
A-B-X
Teori
Newcomb (1937-1957) bahwa ada hukum-hukum yang mengatur hubungan antara
kepercayaan dan sikap yang ada pada seseorang. Dan Newcomb menambahkan faktor
komunikasi antar individu dan hubungan dalam kelompok.
e. Prinsip
keselarasan
Teori
Osgood dan Tannenbaum (1955) mengenai perubahan sikap dalam suatu situasi
tertentu. Melalui komunikasi mendesak seseorang untuk mengambil sikap tertentu
terhadap suatu objek.
C.
Konsep Kognisi Sosial
Konsep utama dari teori kognisi sosial adalah pengertian tentang obvervational
learning atau proses belajar dengan mengamati. Jika ada seorang
"model" didalam lingkungan seorang individu, misalnya saja teman atau
anggota keluarga didalam lingkungan internal, atau di lingkungan publik seperti
para tokoh publik dibidang berita dan hiburan, proses belajar dari individu ini
akan terjadi melalui cara memperhatikan model tersebut. Terkadang perilaku
seseorang bisa timbul hanya karena proses modeling. Modeling atau
peniruan merupakan "the direct, mechanical reproduction of behavior,
reproduksi perilaku yang langsung dan mekanis
(Baran & Davis). Sebagai contoh, ketika seorang ibu
mengajarkan anaknya bagaimana cara mengikat sepatu dengan memeragakannya
berulang kali sehingga si anak bisa mengikat tali sepatunya, maka proses ini
disebut proses modeling. Sebagai tambahan bagi proses peniruan
interpersonal, proses modeling dapat juga terlihat pada narasumber yang ditampilkan oleh
media. Misalnya orang bisa meniru bagaimana cara memasak kue bika dalam sebuah
acara kuliner di televisi. Meski demikian tidak semua narasumber dapat
memengaruhi khalayak, meski contoh yang ditampilkan lebih mudah dari bagaimana
cara membuat kue bika. Di dalam kasus ini, teori kognitif sosial kembali ke
konsep dasar "rewards and punishments" imbalan dan hukuman
tetapi menempatkannya dalam konteks belajar sosial.
Baranowski,
Perry, dan Parcel (1997) menyatakan bahwa "reinforcement is the primary
construct in the operant form of learning" proses penguatan merupakan
bentuk utama dari cara belajar seseorang. Proses penguatan juga merupakan
konsep sentral dari proses belajar sosial. Didalam teori kognitif sosial,
penguatan bekerja melalui proses efek menghalangi (inhibitory effects)
dan efek membiarkan (disinhibitory effects). Inhibitory Effects
terjadi ketika seseorang melihat seorang model yang diberi hukuman karena
perilaku tertentu, misalnya penangkapan dan vonis hukuman terhadap seorang
artis penyanyi terkenal karena terlibat dalam pembuatan video porno. Dengan
mengamati apa yang dialami model tadi, akan mengurangi kemungkinan orang
tersebut mengikuti apa yang dilakukan sang artis penyanyi terkenal itu.
Sebaliknya, Disinhibitory effects terjadi ketika seseorang melihat
seorang model yang diberi penghargaan atau imbalan untuk suatu perilaku
tertentu. Misalnya disebuah tayangan kontes adu bakat disebuah televisi
ditampilkan sekelompok pengamen jalanan yang bisa memenangi hadiah ratusan juta
rupiah, serta ditawari menjadi model iklan dan bermain dalam sinetron karena
mengkuti lomba tersebut. Menurut teori ini, orang juga akan mencoba mengikuti
jejak sang pengamen jalanan.
Efek-efek yang
dikemukakan diatas tidak tergantung pada imbalan dan hukuman yang sebenarnya,
tetapi dari penguatan atas apa yang dialami orang lain tapi dirasakan seseorang
sebagai pengalamannya sendiri (vicarious reinforcement). Menurut Bandura
(1986), vicarious reinforcement terjadi karena adanya konsep pengharapan
hasil (outcome expectations) dan harapan hasil (outcome expectancies).
Outcome expectations menunjukkan bahwa ketika kita melihat seorang model
diberi penghargaan dan dihukum, kita akan berharap mendapatkan hasil yang sama
jika kita melakukan perilaku yang sama dengan model.
Teori kognitif
sosial juga mempertimbangkan pentingnya kemampuan sang "pengamat"
untuk menampilkan sebuah perilaku khusus dan kepercayaan yang dipunyainya untuk
menampilkan perilaku trsebut. Kepercayaan ini disebut dengan self-efficacy
atau efikasi diri (Bandura, 1977) dan hal ini dipandang sebagai sebuah prasayarat kritis
dari perubahan perilaku. Misalnya dalam kasus tayangan tentang cara pembuatan
kue bika di televisi yang telah disebutkan di atas. Teori kognitif sosial
menyatakan bahwa tak semua orang akan belajar membuat kue bika, khususnya bagi
mereka yang terbiasa membeli kue siap saji dan mempunyai keyakinan bahwa
membuat kue bika sendiri merupakan hal yang sia-sia dan tak perlu karena
membelinya pun tidak mahal harganya. Dalam hal ini orang tersebut dianggap
tidak mempunyai tingkat efikasi diri yang cukup untuk belajar memasak kue dari
televisi.
D.
Komponen Kognisi Sosial
1.
Skema
Adalah
kerangka mental yang berpusat pada tema-tema spesifik yang dapat membantu kita
mengorganisasi informasi sosial dan menuntun pemrosesannya. Dalam otak kita, skema itu seperti skenario,
yang memiliki alur. Dan skema terbentuk berdasar kepada pengalaman yang pernah
dialami atau cerita dari orang lain. Contoh: skema tentang tempat makan cepat
saji (McD, Kfc, dll) membuat kita tahu bagaimana cara untuk makan di tempat
tersebut. Sehingga ketika datang ke tempat tersebut, kita akan langsung ke
kasir untuk memesan makanan.
Pada
dasarnya skema akan mempengaruhi sikap dalam melakukan sesuatu. Dan dalam skema
memiliki sisi negative, karena skema mempengaruhi apa yang kita perhatikan, apa
yang masuk dalam ingatan kita, dan apa yang kita ingat. Skema memainkan peran
penting dalam membentuk prasangka dan pembentukan satu komponen dasar tentang kelompok tertentu. Skema akan sulit
diubah (efek bertahan). Dan kadang pula skema memberikan efek pemenuhan harapan
diri yaitu membuat dunia sosial yang dialami menjadi konsisten. Contoh: ketika
kita gagal, kita akan berusaha menghibur diri dengan berkata “ kamu hebat kok,
ini karena pertandingan yang tidak adil” (efek bertahan).
2.
Heuristik
Adalah
aturan sederhana dalam membuat keputusan yang kompleks atau menyusun kesimpulan
dalam waktu cepat dan seakan tanpa usaha yang berarti. Heuristic ada 2 macam:
a.
Heuristik keterwakilan: sebuah strategi untuk membuat
penilaian berdasarkan pada sejauh mana stimulasi atau peristiwa tersebut
mempunyai kemiripan dengan stimulasi atau kategori yang lain. Contoh: kita
mengenal seorang wanita sebagai pribadi yang teratur, ramah, rapi, dan
mempunyai perpustakaan di rumah. Tetapi kita tidak mengetahui pekerjaan dari
wanita ini. dan kita langsung menyimpulkan bahwa wanita ini adalah seorang
pustakawati. Dengan kata lain, kita menilai berdasar semakin mirip seseorang
dengan iri-iri khas orang-orang dari suatu kelompok tertentu, semakin mungkin
orang tesebut adalah bagian dari kelomok itu.
b.
Heuristik ketersediaan: strategi untuk membuat keputusan
berdasar seberapa mudah suatu informasi yang spesifik dapat dimunculkan dalam
benak kita. Contoh : banyak orang merasa lebih takut tewas dalam keelakaan
pesawat didarat. Hal ini karena fakta bahwa kecelakaan pesawat jauh lebih
dramatis dan menyedot lebih banyak perhatian media.akibatnya kecelakaan pesawat
jauh lebih mudah terpikir sehingga berpengaruh lebih kuat dalam penilaian
individu.
3.
Kesalahan dalam kognisi sosial
a.
Bias negativitas
Yaitu kecenderungan memberikan
perhatian lebih pada informasi yang negativ. Dibandingkan dengan informasi
positif, satu saja informasi negativ akan memiliki pengaruh yang lebih kuat.
Contoh: kita diberitahu bahwa dosen yang akan mengajar nanti adalah orang yang
pandai, masih muda, ramah, baik hati, cantik, namun diduga terlibat skandal
seks. Bias negativ menyebabkan kita justru terpaku pada hal yang negativ dan
mengabaikan hal positif.
b.
Bias optimistik
Yaitu suatu predisposisi untuk
mengharapkan agar segala sesuatu dapat berakhir baik. Contoh: pemerintah sering
kali mengumumkan rencana yang terlalu optimis mengenai proyek-proyek besar,
jalan, bandara,. Dan hal ini menyebabkan kesalahan perencanaan. Namun, ketika
individu memperkirakan akan menerima umpan balik atau informasi yang mungkin
negativ dan memiliki konsekuensi penting, tampak ia justru bersiap menghadapi
hal yang buruk dan menunjukkan kebalikan dari pola optimistik mereka menjadi pesimis.
c.
Pemikiran konterfatual
Yaitu memikirkan sesuatu yang
berlawanan dari keadaan sekarang. Efek dari memikirkan “ apa yang terjadi
seandainya…..”. contoh: ketika selamat dari kecelakaan pesawat, seseorang
justru memikirkan bagaimana nasib keluarga saya sepeninggalan saya ? dan
pemikiran ini dapat secara kuat berpengaruh terhadap afeksi kita.
d.
Pemikiran magis
Yaitu berfikir dengan melibatkan
asumsi yang tidak didasari alasan yang rasional. Contoh: supaya lulus ujian,
seseorang akan berdo’a terus-menerus dan memakai banyak cincin.
e.
Menekan fikiran
Yaitu usaha untuk menegah
fikiran-fikiran tertentu memasuki kesadaran. Proses ini melibatkan dua komponen
yaitu: proses pemantauan yang otomatis yang menari tanda-tanda adanya pemikiran
yang tidak diinginkan yang memaksa untuk munul kealam kesadaran. Ketika fikiran
tersebut terdeteksi, proses kedua akan terjadi, yaitu menegah agar fikiran
tersebut tetap berada di luar kesadaran tanpa menggangu fikiran yang lain.
Contoh: seseorang yang ikut program diet menekan fikirannya akan makanan-makanan
yang manis.
4.
Afek dan Kognisi
Bahwa perasaan membentuk atau
mempengaruhi fikiran dan fikiran akan membentuk perasaan. Begitu pula dengan
perasaan dan suasana hati, memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa aspek
kognisi ataupun sebaliknya. Suasana hati saat ini dapat seara kuat mempengaruhi
reaksi kita terhadap rangsang yang pertama kali kita temui. Contoh: ketika
suasana hati sedang bergembira, dan berkenalan dengan orang lain, penilaian
kita terhadap orang tersebut akan lebih baik disbanding ketika kita berkenalan
dengan suasana hati yang sedang bersedih. Kognisi juga dapat mempengaruhi
afeksi. Seperti yang dijelaskan dalam teori dua fator (Schater : 1964) yang
menjelaskan bahwa kita sering tidak mengetahui perasaan atau sikap kita
sendiri. Sehingga kita menyimpulkannya dari lingkungan. Dari situasi dimana
kita mengalami reaksi internal ini. contoh: ketika kita mengalami perasaan
tertentu atas kehadiran seseorang yang menarik, kita menyimpulkan bahwa kita
sedang jatuh cinta. Selain itu, kognisi bisa mempengaruhi emosi melalui
aktivitas skema yang di dalamnya terdapat komponen afektif yang kuat. Selain
itu, fikiran bisa mempengaruhi afeksi yang melibatkan kita dalam mengatur emosi
kita.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
kognisi sosial adalah proses berfikir yang dilakukan seseorang untuk memahami
dirinya sendiri dan orang lain. (kognisi adalah pengetahuan dan kesadaran) atau tata cara dimana kita
menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang
dunia sosial. dalam teori kognisi sosial ini memiliki sebuah konsep yaitu proses belajar dengan mengamati.
Dimana memiliki komponen yang saling berkaitan didalamnya.
B. Saran
Dengan
mempelajari makalah kognisi sosial ini. Hendaknya kita dapat menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. khususnya
untuk lebih mengenal diri sendiri dan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar