BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa
berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, sehingga banyak bermunculan
pemikiran-pemikiran yang dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan
kebutuhan yang diperlukan. Karenanya, banyak teori yang dikemukakan para
pemikir yang bermuara pada munculnya berbagai aliran pendidikan.
Pemahaman terhadap pemikiran-pemikiran penting dalam pendidikan akan
membekali tenaga kependidikan dengan wawasan kesejarahan, yakni kemampuan
memahami kaitan antara pengalaman-pengalaman masa lampau, tuntutan dan
kebutuhan masa kini, serta perkiraan atau antisipasi masa datang.
Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena
setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya
yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian aliran-aliran pendidikan ?
2.
Apa saja macam-macam aliran pendidikan ?
3.
Bagaimana aliran-aliran Pendidikan menurut para ahli ?
4.
Bagaimana aliran pendidikan modern diindonesia ?
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui pengertian aliran-aliran pendidikan.
2.
Untuk mengetahui macam-macam aliran pendidikan.
3.
Untuk mengetaui aliran-aliran pendidikan menurut para ahli.
4.
Untuk mengetahui aliran pendidikan modern diindonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
1.
Pengertian Aliran-Aliran Pendidikan
Aliran-aliran
pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan dalam dunia
pendidikan. Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi
berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikirn terdahulu selalu ditanggapi dengan pro
dan kontra oleh pemikir berikutnya, sehingga timbul pemikiran yang baru, dan
demikian seterusnya. Agar diskusi berkepanjangan itu dapat dipahami, perlu
aspek dari aliran-alira itu yang harus dipahami. Oleh karena itu setiap calon
tenaga kependidikan harus memahami berbagai jenis aturan-aturan pendidikan.
Dalam dunia pendidikan setidaknya terdapat 3 macam aliran pendidikan, yaitu
aliaran klasik, aliran modern dan aliran pendidikan pokok di Indonesia.
2.
Aliran-Aliran Klasik dalam Pendidikan
Menurut
Tim dosen 2006, aliran-aliran klasik dalam pendidikan adalah sebagai berikut:
a.
Aliran Empirisme
Aliran ini menganut
paham yang berpendapat bahwa segala pengetahuan, keterampilan dan sikap manusia
dalam perkembanganya ditentukan oleh pengalaman (empiris) nyata melalui alat
inderanya baik secara langsung berinteraksi dengan dunia luarnya maupun melalui
proses pengolahan dalam diri dari apa yang didapatkan secara langsung (Joseph,
2006).
Jadi segala kecakapan
dan pengetahuanya tergantung, terbentuk dan ditentukan oleh pengalaman.
Sedangkan pengalaman didapatkan dari lingkungan atau dunia luar melalui indra,
sehingga dapat dikatakan lingkunganlah yang membentuk perkembangan manusia atau
anak didik. Bahwa hanya lingkunganlah yang mempengaruhi perkembangan anak.
John Locke (dalam
Joseph: 2006) tak ada sesuatu dalam jiwa yang sebelumnya tak ada dalam indera.
Ini berarti apa yang terjadi, apa yang mempegaruhi apa yang membentuk
perkembangan jiwa anak didik adalah lingkungan melalui pintu gerbang inderanya
yang berarti tidak ada yang terjadi dengan tiba-tiba tanpa melalui proses
penginderaan.
b.
Aliran Nativisme.
Teori ini merupakan kebalikan dari teori empirisme, yang mengajarkan bahwa
anak lahir sudah memiliki pembawaan baik dan buruk. Perkembangan anak hanya
ditentukan oleh pembawaanya sendiri-sendiri. Lingkungan sama sekali tidak
mempengaruhi apalagi membentuk kepribadian anak. Jika pembawaan jahat akan menjadi
jahat, jika pembawaanyan baik akan menjadi baik. Jadi lingkungan yang
diinginkan dalam perkembangan anak adalah lingkungan yang tidak dibuat-buat,
yakni lingkungan yang alami.
c.
Aliran Konvergensi.
Faktor pembawaan dan faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang
sangat penting, keduanya tidak dapat dipisahkan sebagaiman teori nativisme
teori ini juga mengakui bahwa pembawaan yang dibawa anak sejak lahir juga
meliputi pembaeaan baik dan pembawaan buruk. Pembawaan yang dibawa anak pada
waktu lahir tidak akan bisa berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan
lingkungan yang sesuai dengan pembawaan tersebut.
William Stern (dalam Tim Dosen 2006: 79) mengatakan bahwa perkembangan anak
tergantung dari pembawaan dari lingkugan yang keduanya merupakan sebagaiman dua
garis yang bertemu atau menuju pada satu titik yang disebut konvergensi.
Dari beberapa uraian diatas, teori yang cocok dapat diterima sesuai dengan
kenyataan adalah teori konvergensi, yang tidak mengekstrimkan faktor pembawaan,
faktor lingkungann atau alamiah yang mempengaruhi terhadap perkembangan anak,
melainkan semuanya dari faktor-faktor tersebut mempengaruhi terhadap
perkembangan anak.
d.
Aliran Naturalisme.
Aliran ini mempunyai kesamaan dengan teori nativisme bahkan kadang-kadang
disamakan. Padahal mempunyai perbedaan-perbedaan tertentu. Ajaran dalam teori
ini mengatakan bahwa anak sejak lahir sudah memiliki pembawaan sendiri-sendiri
baik bakat minat, kemampuan, sifat, watak dan pembawaan-pembawaan lainya.
Pembawaan akan berkembang sesuai dengan lingkungan alami, bukan lingkungna yang
dibuat-buat. Dengan kata lain jika pendidikan diartikan sebagai usahan sadar
untuk mempengaruhi perkembangan anak seperti mengarahkan, mempengaruhi,
menyiapkan, menghasilkan apalagi menjadikan anak kea rah tertentu, maka usaha
tersebut hanyalah berpengaruh jelek terhadapperkembangan anak. Tetapi jika
pendidikan diartikan membiarkan anak berkembang sesuai dengan pembawaan dengan
lingkungan yang tidak dibuat-buat (alami) makan pendidikan yang dimaksud
terakhir ini betrpengaruh positif terhadap perkembangan anak.
C. Aliran
pendidikan moderen di Indonesia
Menurut
Mudyahardjo macam-macam aliran pendidikan modern di Indonesia adalah sebagai
berikut:
1.
Progresivisme
Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang
mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak (child-centered),
sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher-centered)
atau bahan pelajaran (subject-centered).
a.
Tujuan
pendidikan dalam aliran ini adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja,
bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan
sepenuhnya bakat dan minat setiap anak.
b.
Kurikulum
pendidikan Progresivisme adalah kurikulum yang berisi pengalaman-pengalaman
atau kegiatan-kegiatan belajar yang diminati oleh setiap peserta didik (experience
curriculum).
c.
Metode
pendidikan Progresivisme antara lain:
- Metode belajar aktif.
- Metode memonitor kegiatan belajar.
- Metode penelitian ilmiah
d.
Pendidikan
berpusat pada anak.
Pendidikan Progresivisme menganut prinsip pendidikan
berpusat pada anak. Anak merupakan pusat adari keseluruhan kegiatan-kegiatan
pendidikan. Pendidikan Progresivisme sangat memuliakan harkat dan martabat anak
dalam pendidikan. Anak bukanlah orang dewasa dalam betuk kecil. Anak adalah
anak, yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Setiap anak mempunyai
individualitas sendiri-sendiri, anak mempunyai alur pemikiran sendiri, anak
mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan dan kecemasan sendiri, yang
berbeda dengan orang dewasa. Dengan demikian, anak harus diperlakukan berbeda
dari orang dewasa.
2.
Esensialisme
Esensialisme modern dalam pendidikan adalah gerakan
pendidikan yang memprotes gerakan progresivisme terhadap nilai-nilai yang
tertanam dalam warisan budaya/sosial. Menurut esensialisme nilai-nilai yang
tertanam dalam nilai budaya/sosial adalah nilai-nilai kemanusiaan yang
terbentuk secara berangsur-angsur dengan melalui kerja keras dan susah payah
selama beratus tahun dan di dalamnya berakar gagasan-gagasan dan cita-cita yang
telah teruji dalam perjalanan waktu. Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan
mengawasi kegiatan-kegiatan di kelas.
a.
Tujuan
pendidikan dari aliran ini adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah
melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah bertahan
sepanjang waktu dan dengan demikian adlah berharga untuk diketahui oleh semua
orang. Pengetahuan ini diikuti oleh ketrampilan. Ketrampilan, sikap-sikap dan
nilai yang tepat, membentuk unsur-unsur yang inti (esensial) dari sebuah
pendidikan Pendidikan bertujuan untuk mencapai standar akademik yang tinggi,
pengembangan intelek atau kecerdasan.
b.
Metode
pendidikan:
- Pendidikan berpusat pada guru (teacher centered).
- Peserta didik dipaksa untuk belajar.
- Latihan mental
c.
Kurikulum
berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata-mata pelajaran akademik yang
pokok. Kurikulum sekolah dasar ditekankan pada pengembangan ketrampilan dasar
dalam membaca, menulis, dan matematika.Sedangkan kurikulum pada sekolah
menengah menekankan pada perluasan dalam mata pelajaran matematika, ilmu
kealaman, serta bahasa dan sastra.
3.
Rekonstruksionalisme
Rekonstruksionalisme memandang pendidikan sebagai
rekonstruksi pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup. Sekolah
yang menjadi tempat utama berlangsungnya pendidikan haruslah merupakan gambaran
kecil dari kehidupan sosial di masyarakat.
a.
Tujuan
pendidikan
Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai
lembaga utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat.
Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta
didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia
dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan
yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
b.
Kurikulum dalam
pendidikan rekonstruksionalisme berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi
pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum banyak berisi
masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia. Yng
termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta didik sendiri, dan
program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah.
4.
Parennialisme
Perennialisme adalah gerakan pendidikan yang
mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada, dan bahwa pendidikan
hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman kebenaran-kebenaran dan
nilai-nilai tersebut. Guru mempunyai peranan dominan dalam penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut perennialisme, ilmu pengetahuan
merupakan filsafat yang tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang
dapat berpikir secara induktif. Jadi dengan berpikir, maka kebenaran itu akan
dapat dihasilkan. Penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama
adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan
pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal dan
memahami faktor-faktor dan problema yang perlu diselesaikan dan berusaha
mengadakan penyelesaian masalahnya.
a.
Tujuan pendidikan
Diharapkan anak
didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan
pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada
masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat
menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi,
matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, telah banyak memberikan
sumbangan kepada perkembangan zaman dulu.
b.
Kurikulum
berpusat pada mata pelajaran dan cenderung menitikberatkan pada sastra,
matematika, bahasa dan sejarah.
5.
Idealisme
Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat
yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata
bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan
bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita
melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta
menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Tugas ide adalah memimpin budi
manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide,
ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat
untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami
sehari-hari.
Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran
idealisme sedang gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan
mendapatkan pendekatan (approach) secara khusus. Sebab, pendekatan
dipandang sebagai cara yang sangat penting. Para guru tidak boleh berhenti
hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya
atau tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari
anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik.
Guru jangan hanya membaca beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau
sekadar ledakan kecil yang tidak banyak bermakna.
Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme
berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau
materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme.
Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan
untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya.
a.
Tujuan
Pendidikan
Agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki
kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna,
hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya
diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan
tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan
sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan
seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya,
namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan
kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi.
b.
Kurikulum
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus
lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak
daripada pengajaran yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya
senantiasa aktual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar